Konflik
merupakan situasi
yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat atau perbedaan cara pandang diantara
beberapa orang, kelompok atau organisasi. Dan
Sikap
saling mempertahankan diri
sekurang-kurangnya diantara dua kelompok, yang memiliki tujuan dan pandangan berbeda, dalam upaya mencapai satu tujuan sehingga mereka berada
dalam posisi oposisi, bukan kerjasama.Dan
selain itu Konflik dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana
seseorang dihadapkan dengan motif, keyakinan, nilai dan tujuan yang saling
bertentangan. Konflik bisa dialami oleh siapapun dan di manapun, termasuk oleh
komunitas di sekolah. Siswa, guru, atau pun kepala sekolah dalam waktu-waktu
tertentu sangat mungkin dihadapkan dengan konflik.
Konflik yang dialami individu
di sekolah dapat hadir dalam berbagai bentuk, bisa dalam bentuk individu dengan
individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Misalnya,
seorang guru berhadapan seorang guru, seorang guru berhadapan dengan sekelompok
guru, sekelompok guru tertentu berhadapan dengan sekelompok guru lainnya., dan
sejenisnya. Konflik yang terjadi diantara mereka bisa bersifat tertutup,
terbuka atau bahkan menjadi konfrontasi.Apabila konflik yang terjadi di sekolah
tidak terkelola dan bersifat destruktif, maka selain dapat mengganggu kesehatan
dan kualitas kehidupan seseorang, juga dapat mengganggu terhadap pencapaian
efektivitas dan efisiensi pendidikan di sekolah secara keseluruhan.
Contohnya saja di dalam sebuah organisasi
terdapat kelompok . Dimana di dalamnya sering terjadi iteraksi antara satu
dengan yang lainnya, hal tersebut sering
menimbulkan konflik. Konflik sangat erat kaitanna dengan perasaan manusia,
termaksud dengan perasaan diabaikan , di sepelekan, di tinggalkan, tidak
dihargai, dan juga perasaan penat dan jengkel yang di sebabkan karna kelebihan
beban kerja. Perasaan – perasaan tersebut dapat sewaktu – waktu memicu
timbulnya kemarahan yang berujung pada sebuah konflik.
Hal tersebut secara tidak langsung dapat mempengaruhi seseorang dalam melakasanakan
kegiatannya . dan hal tersebut juga dapat menurunkan produktivitas kerja
organisasi secara tidak langsung dengan melakukan banyak kesalahan yang
disengaja maupun tidak disengaja.
Solusi yang dapat di ambil dari konflik yang
terjadi di dalam organisasi sekolah adalah
Sebagai seorang pemimpin yang ingin memajukan organisasinya , harus bisa
memahami faktor – faktor apa saja yang bisa menyebabkan timbulnya suatu
konflik, baik konflik yang terjadi di dalam individu maupun konflik antar
perorangan dan konflik di dalam kelompok dan konflik antar kelompok. Pemaham
faktor – faktor tersebut akan lebih memudahkan tugasnya dalam hal menyelesaikan
konflik – konflik yang terjadi dan menyalurkan ke arah perkembangan yang
positif. Dan didalam sebuah dunia pendidikan, dibutuhkan seorang manajer yang
mampu menyelesaikan konflik yang terjadi di dalam lembaganya sehingga dapat
mencapai suatu tujuan .
Selain
solusi yang telah saya jelaskan di atas , ada pun tujuh
sikap yang diperlukan untuk mencairkan konflik.
1. Define what the conflict is about
Definisikan secara
jelas konflik apa yang sedang berkembang. Tanyakan pada setiap orang “Ada
issue apa?”, lalu tanyakan pula “Apa kepedulian Anda di sini? atau “Apa
yang kamu rasakan dan manfaat dari pertengkaran ini”. Secara berkala
tanyakan pula “Apa yang ingin Anda capai dan bagamana kita harus
mengerjakannya?”
2. It’s not you versus me; it’s you and me versus the problem
Memiliki keyakinan
bahwa “Ini bukanlah pertentangan antara anda dengan saya, tetapi ini adalah
saya bersama anda melawan masalah itu”. Masalah yang sebenarnya adalah
masalah itu sendiri, yang harsus diselesaikan, bukan terletak pada orangnya.
Adalah hal yang amat bodoh, jika Anda mencoba mengalahkan salah satu dari
antara pihak yang berkonflik, karena suatu saat setelah mereka dikalahkan,
meraka akan kembali melakukan pertempuran ulang (rematch) yang terus-menerus,
yang mungkin dengan daya tembak yang lebih kuat. Jangan paksa orang untuk
bertekuk lutut!
3. Identify your shared concerns against your one shared separation.
Lakukan identifikasi
orang-orang yang memiliki kepedulian yang sama dengan Anda dan orang–orang yang
justru berseberangan dengan Anda. Jika dihadapkan pada suatu konflik, buatlah
semacam kesepakatan dengan kelompok yang memiliki hubungan paling kuat (dimana
Anda menyetujuinya), tidak dengan kelompok yang paling lemah. Ini akan lebih
mudah dan juga lebih efektif, apabila Anda hendak mengalihkan hal-hal yang
disetujui maupun tidak disetujui. Pahami sudut pandang mereka dan berikan
penghargaan atas perbedaaan yang ada.
4. Sort out interpretations from facts.
Memilah interpretasi
berdasarkan fakta. Jangan meminta suatu pendapat dari orang yang sedang
berkonflik, karena hanya akan memperoleh pendapat dan penafsiran versi mereka.
Tetapi sebaiknya ungkapkan “Apa yang telah kamu lakukan atau katakan?”
pertanyaan semacam ini akan lebih menggiring pada fakta, yang selanjutnya dapat
dijadikan dasar bagi pemecahan konflik
5. Develop a sense of forgiveness.
Kembangkan rasa untuk
memaafkan. Tidak mungkin terjadi rekonsiliasi tanpa belajar memaafkan kesalahan
orang lain. Banyak orang melakukan perdamaian tetapi tidak bisa mengubur
kejadian yang sudah-sudah sehingga pada hari kemudian memunculkan lagi
pertengkaran. Oleh karena itu, setiap orang penting untuk dibelajarkan mau
memaafkan orang lain secara tulus. Yang lalu biar berlalu, hari ini kenyataan
dan esok hari adalah harapan!
6. Learn to listen actively
Belajar mendengar
secara aktif. Putarlah paradigma dari ungkapan “ Ketika saya bicara, orang
lain mendengarkan” menjadi “Ketika saya mendengarkan, orang lain
berbicara kepada saya”. Mendengarkan dengan tujuan untuk memahami, bukan
untuk menjawab Mulailah dengan berusaha memahami, kemudian menjadi dipahami.
Setidaknya dengan cara ini, akan membantu melepaskan ego atau uneg-uneg yang
bersangkutan (katarsis)
7. Purify your heart.
Terakhir, berusaha
mensucikan hati. Hati yang bersih merupakan benteng utama dari berbagai
serangan dari luar dan juga akan pembimbing kita dalam setiap tindakan.
Anda tidak akan mendapatkan konflik atau kekerasan dari orang lain, jika dalam
hati dan jiwa Anda bersemayam kebajikan. Rasa benci, iri dan dengki yang bercokol
di hati kerapkali menjadi pemicu terjadinya konflik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar